SELAMAT DATANG DI MARIA NORA MAHARJANINGRUM 'BLOG ..:::.. EMAILME:MARIANORAMAHARJANINGRUM@GMAIL.COM Maria Nora Maharjaningrum'Blog: Kolaborasi Otak Manusia dan Komputer

Kolaborasi Otak Manusia dan Komputer

Selama ini, para peneliti bermimpi untuk menyambung otak manusia secara langsung dengan komputer. Terutama bagi penderita lumpuh mulai leher ke bawah. Bila penderita lumpuh ini dapat mengoperasikan komputer hanya dengan memikirkannya, maka mereka akan dapat menyalakan tombol lampu dan televisi. Suatu hal yang diidamkan kurang lebih 160.000 penderita lumpuh di Amerika Serikat (AS).

Teknologi brain-computer interface (BCI) sebenarnya telah diperkenalkan sejak lima tahun lalu. Bahkan, lebih dari setengah jumlah buletin ilmiah di AS, mempublikasikannya sejak dua tahun lalu.

Dengan menghubungkan otak pasien langsung ke sebuah komputer, para ilmuwan telah melihat sebuah peningkatan di dalam kemampuan pasien untuk mengendalikan cursor.


Adalah Cyberkinetics yang mengembangkan riset menggunakan BCI ini. Tahun ini, Cyberkinetics menempatkan pasien pertamanya, Matthew Nagle, di sebuah klinik. Nagle akan diujicoba untuk menggunakan sistem BrainGate. Dari kursi rodanya, Nagle dapat membuka e-mail, mengganti saluran TV, menyalakan lampu, dan memainkan video game seperti Tetris, hanya dengan memikirkannya.

"Ini tidak jelek juga," ujar Nagle dalam sebuah video saat dia menggunakan teknologi BrainGate. Dengan teknologi tersebut, Nagle dapat menggerakkan tangannya untuk pertama kalinya sejak lehernya ditikam dalam perkelahian di Wessagussett Beach, Massachusetts.

Para peneliti menanam alat di bawah tengkorak, di lapisan kulit luar. Alat tersebut terdiri dari chip komputer berukuran 2 x 2 mm yang berisi 100 elektroda. Para ahli bedah menempelkan susunan elektroda pada saraf di lapisan kulit luar otak Nagle, sedikit di atas telinga kanan. Susunan elektroda diikat dengan seutas benang ke sebuah plug yang menonjol di atas kepala Nagle.

Elektroda tersebut bertugas mengirim informasi dari 50 hingga 150 saraf manusia melalui kabel fiber-optik ke sebuah alat yang berukuran sebesar kaset VHS. Dengan alat tersebut, data yang terkirim akan diubah menjadi data digital. Kabel lain menyambungkan digitizer, pengubah data digital, ke komputer yang kemudian menerjemahkan sinyal tersebut.

Para ilmuwan lain kini tengah mengembangkan BCI noninvasive yang lebih sederhana. Jonathan Wolpaw, profesor di Wadsworth Center, New York, memublikasikan sebuah jurnal ilmiah pada Desember 2004 di Proceedings of the National Academy of Sciences. Dalam jurnal tersebut, Wolpaw mencoba menunjukkan bahwa noninvasive electroencephalogram (EEG) miliknya yang berwujud topi, dapat menangkap sinyal otak. Paling tidak hampir sama seperti teknologi Cyberkinetics.

Teknologi BCI yang sengaja dipasang di luar kepala ini juga memberikan keuntungan lain. Di antaranya, mampu menerima sinyal dari banyak titik di otak daripada BCI yang ditanam di tempat yang spesifik.

"Elektroda yang ditanam memang sangat spesifik. Sehingga, dapat merekam aktivitas gerakan otot," kata Charles Anderson, peneliti di Colorado State University. "Tapi, kami ingin mengidentifikasi aktivitas yang lebih tinggi levelnya. Seperti aktivitas yang melibatkan mental. Bila demikian adanya, akan dibutuhkan banyak elektroda," lanjut Anderson.

Sementara itu, Cyberkinetics sedang berusaha mendapatkan pengakuan. Perusahan ini membutuhkan lebih dari empat pasien untuk melengkapi pendaftaran legalisasi pemeriksaan klinis BrainGate oleh lembaga Food and Drug Administration (FDA), BPOM-nya AS. Selain itu, Cyberkinetics juga tengah berusaha mendapatkan izin untuk sebuah studi pengujian bagi pasien penderita amyotrophic lateral sclerosis (ALS) atau lebih dikenal dengan penyakit Lou Gehrig. Mereka berharap bisa mendaftarkan satu pasien akhir tahun ini.

Sumber : Jawa Pos

0 komentar:

Posting Komentar

  • description
  • description
  • description
  • description
  • description

Video Gallery